Mengenal Pendekatan Microservices dalam Fullstack

digitalskola

digitalskola

15 Oktober 2021

microservices dalam fullstack
Photo by Scott Graham on Unsplash

Selama bertahun-tahun, manusia telah membangun berbagai bentuk sistem teknologi dan menunjukkan banyak perbaikan dari waktu ke waktu. Beberapa teknologi, pola arsitektur, hingga praktik teori tertentu telah muncul dan menaungi kelangsungan berbagai aspek kehidupan. Microservices dalam fullstack merupakan sebuah pola arsitektur dari dunia desain yang berbasis domain dengan continuous delivery. Melalui arsitektur ini, developer memperoleh kemudahan otomatisasi melalui model sistem yang terukur saat mengelola polyglot programming.

Microservices juga mengambil pendekatan prinsip single responsibility. Prinsip ini membantu implementasi penggabungan dan perluasan layanan mudah dikembangkan, digunakan, serta dipelihara secara independen. Survei IBM terbaru menunjukkan bahwa 56% developer punya peluang mengadopsi layanan microservices dalam dua tahun ke depan. Survei yang sama menunjukkan 78% pengguna saat ini akan menyediakan biaya dan waktu lebih untuk berinvestasi pada microservices

Microservices punya peran yang cukup diperhitungkan dalam dunia fullstack development, termasuk hubungannya dengan technology stack. Jika kamu baru saja mendengar microservices dan tertarik untuk memanfaatkannya dalam menunjang pekerjaan, kenali lebih lanjut terlebih dahulu mengenai konsep ini. Selain pengenalan di awal, kamu akan memahami seluk beluk karakteristik dan cara kerja dalam penerapannya.

Pengenalan Microservices

Microservices architecture merupakan suatu pendekatan dalam fullstack yang digunakan dalam mengembangkan aplikasi. Arsitektur ini memungkinkan pemisahan aplikasi besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan independen. Masing-masing bagian kecil memiliki tanggung jawab tersendiri dalam mengomunikasikan APIs. Ciri khas dari microservices pada suatu aplikasi, antara lain:

  • Mudah dipelihara dan diuji
  • Fleksibel
  • Dapat beroperasi secara mandiri
  • Diorganisir berdasarkan kemampuan bisnis
  • Menjadi hak milik dari lingkup tim yang lebih kecil

Microservices juga menawarkan peningkatan terhadap fault isolation yang mencegah berhentinya fungsi aplikasi saat terjadi kesalahan dalam satu layanan. Jika sudah diperbaiki, kondisi tersebut hanya memengaruhi bagian khusus tersebut tanpa harus mengulang load secara keseluruhan. Keuntungan lain yang akan kamu dapatkan adalah kemudahan untuk memilih technology stack paling cocok dengan fungsional proyek, baik dalam hal database, bahasa pemrograman, dan sebagainya. 

BACA JUGA: Full Stack Developer Roadmap: Dari Pemula ke Profesional

Karakteristik Microservices

Terdiri dari multiple components

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pembangunan software berdasarkan microservices mampu dipecah menjadi beberapa komponen. Mengapa? Tujuannya agar setiap service dapat melewati proses deploy, tweak, dan deploy ulang secara independen tanpa mengorbankan integritas aplikasi. Kamu hanya perlu memperhatikan satu atau beberapa layanan yang bersangkutan ketimbang harus kerepotan menyeimbangkan seluruh aspek dalam aplikasi. Beberapa kekurangan yang mungkin ditemui dapat berupa remote APIs yang jauh lebih kasar dan distribusi tanggung jawab antarkomponen yang lebih kompleks.

Dibangun secara khusus untuk bisnis

Gaya layanan microservices biasanya diatur berdasarkan kemampuan serta prioritas suatu bisnis. Microservices juga mengandalkan kinerja tim lintas fungsi yang punya tanggung jawab dalam pembuatan produk tertentu berdasarkan satu atau lebih komunikasi dari layanan individu. Dalam microservices, sebuah tim akan membangun dan menjalankan produk sepanjang hasilnya digunakan oleh pihak-pihak bersangkutan.

Rute sederhana

Microservices juga menggunakan sistem atau beberapa rute perjalanan yang menunjang kinerja developer. Dimulai dengan penerimaan requests, memproses permintaan tersebut, dan menghasilkan respon yang sesuai. Berdasarkan kondisi tersebut, microservices memiliki endpoints yang cerdas dalam mengimplementasikan informasi dan menerapkan logika.

Terdesentralisasi

Metode pengelolaan data pusat versi lama termasuk kurang optimal karena microservices tergolong bagian yang melibatkan banyak platform serta teknologi. Oleh karena itu, tata kelola yang terdesentralisasi lebih disukai karena developer telah berupaya dalam menghasilkan tools yang bermanfaat. Selain itu, fungsinya juga penting dalam pemecahan masalah tertentu. Tidak heran kalau microservices mendukung manajemen data yang terdesentralisasi.

Mencegah terjadinya kegagalan layanan pada aplikasi

Dengan sistem dan perancangan berbasis pengetahuan yang luas, microservices juga didesain untuk mencegah dan mengatasi kegagalan layanan. Kemungkinan gagal ini bisa terjadi karena terdapat berbagai layanan unik yang melakukan komunikasi secara bersamaan. Meskipun rumit, pencegahan kegagalan dapat ditingkatkan lewat kinerja dari microservices.

Kelincahan tersendiri

Microservices mendorong organisasi kecil maupun tim independen dalam mengambil kepemilikan atas terhadap layanan yang diberikan. Terjadi pemberdayaan tim agar pekerjaan dapat diselesaikan secara lebih efisien dan mandiri. Kondisi ini dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan bagi development cycles. Bahkan, kamu bisa memperoleh manfaat signifikan dari aggregate throughput berdasarkan situasi perusahaan atau organisasi.

Cara Kerja Microservices

Menguraikan pelayanan sesuai kebutuhan

Cara kerja pertama yang dapat memudahkan pekerjaan adalah menguraikan layanan berdasarkan kapabilitas bisnis. Business capability merupakan hal-hal yang dilakukan bisnis untuk memberikan value kepada end users. Proses identifikasi kebutuhan bisnis dan layanan terkait membutuhkan pemahaman tingkat tinggi. Setelah melewati proses identifikasi, pembangunan layanan bisa segera dimulai. Setiap layanan dapat menjadi hak milik tim yang berbeda dengan keahlian pada masing-masing domain dan kemampuan teknologi. Alhasil, kondisi tersebut dapat mengarah menuju APIs boundaries yang lebih stabil.

Building and deploying

Setelah memutuskan pembagian beberapa layanan melalui microservices yang lebih kecil, pengembangan dapat dilakukan oleh satu atau lebih tim menggunakan teknologi paling cocok sesuai tujuannya masing-masing. Contohnya, kamu dapat memilih pembangunan User Service menggunakan Java dan database MySQL atau Product Recommendation memakai Scala/Spark.

Setelah proses development selesai, CI/CD pipelines dapat diatur bersama salah satu server CI yang tersedia, seperti Jenkins, Go, TeamCity, dan sebagainya. Tujuannya untuk melakukan testing secara otomatis dan mengeksekusi deploy secara independen menuju lingkungan yang berbeda-beda.

Perancangan layanan individu secara cermat

Ketika merancang suatu layanan, tentukan secara cermat kemudian pikirkan hal-hal yang ingin ditampilkan, protokol yang dimanfaatkan untuk berinteraksi, dan sebagainya. Tunjukkan berbagai model kepentingan yang memang berguna bagi klien. Ketika memilih protokol interaksi, jangan lupa untuk melakukannya secara hati-hati bersamaan dengan penerapan bahasa pemrograman. Selain itu, hindari pengulangan integrasi kode untuk mencegah adanya perubahan signifikan hanya karena detail komponen yang tidak perlu.

BACA JUGA: Tech Stack yang Wajib Dikenal di 2021

Desentralisasi

Ada banyak perusahaan berhasil meraih kesuksesan bersama microservices dan mengikuti model yang telah dikerjakan oleh masing-masing tim. Sebagai bagian dari tim, tentu kamu telah berkontribusi untuk mengembangkan, mengupayakan deploying, hingga mendukungnya agar dapat bekerja dengan baik. Alternatif lain dalam mencapainya adalah memiliki model internal open source. Pendekatan desentralisasi dapat mendukung developer dalam proses pemeriksaan kode, pengerjaan fitur, sampai eksekusi terhadap perubahan yang perlu dilakukan.

Deploy

Sangat penting untuk menulis Consumer Driven Contracts terhadap berbagai model APIs yang digunakan. Hal ini dapat menjadi bukti kepastian bahwa perubahan baru pada APIs tidak merusak versi yang sebelumnya. Melalui kontrak tersebut, setiap pengguna APIs mampu menyampaikan ekspektasi dari provider melalui kontrak terpisah. Seluruh kontrak perlu dibagikan kepada provider supaya mereka memperoleh wawasan mengenai kewajiban yang harus dipenuhi kepada klien secara individu.

Microservices telah menjadi arsitektur yang berpengaruh bagi produk-produk pengembangan dari developer. Ada banyak keuntungan yang dapat dirasakan melalui pembangunan layanan independen bagi enduser. Penerimaan konten dapat terjadi secara optimal dan berkelanjutan berdasarkan cara kerja yang ditawarkan.

Tertarik untuk mendalami microservices dan penerapannya dalam dunia fullstack developer? Belajar sekarang di Bootcamp Full Stack Developer dan jadilah seorang profesional yang andal sekaligus siap kerja hanya dalam 3,5 bulan.