Mengenal 5 Design Thinking Process dalam UI/UX

digitalskola

digitalskola

7 Oktober 2021

design thinking process
Photo by Leon on Unsplash

Design thinking merupakan salah satu metodologi desain yang menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk memecahkan masalah. Metodologi ini sebenarnya telah mengalami evolusi dari berbagai bidang yang luas, seperti teknik, bisnis, sampai arsitektur. Tidak ketinggalan, ada dua profesi lain yang ikut membutuhkan penerapan konsep ini, yaitu UI dan UX Designer. Secara umum, setiap konsep user atau pengguna ini akan menggunakan lima tahapan dalam design thinking process dalam menghasilkan produk semaksimal mungkin.

Sebagai UI/UX Designer, design thinking memang punya pengaruh besar dalam proses pembangunan user experience dan desain user interface. Dewasa ini, sudah banyak industri yang beralih menuju pendekatan yang berpusat pada manusia sebagai user. Hal ini diwujudkan dari produk-produk yang sudah jadi maupun masih dikembangkan agar dapat melayani user dengan baik. Alhasil, perancangan produk harus mengusung nilai-nilai yang tidak jauh dari kemudahan bagi para user.

Berdasarkan kondisi tersebut, sangat penting untuk memahami filosofi dan bentuk praktik dari proses design thinking. Mengingat metodologi ini memang berguna untuk memecahkan masalah kompleks yang terjadi di sekitarmu. Entah solusi yang berguna dalam lingkup perusahaan, negara, sampai koneksi antarbenua.

Apa Itu Design Thinking?

Design thinking merupakan seperangkat prinsip pendekatan langsung untuk memecahkan masalah desain yang berpusat pada manusia. Konsep ini cenderung mengutamakan kebutuhan emosional, kognitif, dan estetika dari user. Design thinking juga melibatkan pembingkaian ulang dari masalah, menciptakan ide dari sesi brainstorming, serta mengadopsi pendekatan langsung dalam sesi pembuatan prototype dan testing. Sebagai layanan yang berpusat pada manusia, perusahaan didorong untuk mengarahkan produk, layanan, dan proses internal menjadi lebih baik.

Dalam penerapan design thinking, kamu perlu menyatukan keinginan dari sudut pandang manusia dengan yang layak secara teknologi maupun ekonomi. Suatu perusahaan diharapkan mampu menciptakan perubahan pola pikir sederhana dan mengatasi masalah dari berbagai solusi baru. Selain mengambil tindakan yang diperlukan, seorang UI/UX Designer juga perlu memahami pertanyaan agar dapat menjawabnya dengan tepat.

5 Design Thinking Process

Empathize

Tahap pertama dari design thinking process adalah mendapatkan pemahaman empatik dari masalah yang ingin dipecahkan. Empati sangat penting bagi proses UI/UX design karena mampu mengesampingkan asumsi dan cenderung mengumpulkan wawasan soal kebutuhan user. Dalam proses ini, tidak ada salahnya untuk bekerja dan berkonsultasi dengan ahli lainnya. Tujuannya untuk mengetahui lebih lanjut seputar bidang yang menjadi pusat perhatian pembuatan desain.

Dalam tahapan empathize, kamu akan terlibat pada aktivitas untuk memahami pengalaman sekaligus motivasi user terhadap suatu produk. Sejumlah informasi yang berhasil terkumpul bermanfaat selama melaksanakan proses design thinking berikutnya. Lakukan secara objektif untuk mempertimbangkan segala kemungkinan tentang user dan kebutuhannya. Setidaknya, berikut aktivitas yang akan kamu lakukan dalam proses empathize:

  • Observasi: Memahami alur, arah, serta hal-hal yang menjadi fokus utama dari para user
  • Wawancara kualitatif: Wawancara one-on-one dengan beberapa user untuk memahami perilaku mereka terhadap topik yang kamu jelajahi

BACA JUGA: Mengenal Empathy Map dalam UX Design Thinking

Define

Tahap ini merupakan bentuk pengumpulan informasi yang diambil dari proses empathize. Di sini, kamu akan menganalisis hasil pengamatan kemudian menyintesiskannya untuk menemukan masalah inti yang berhasil diidentifikasi. Kamu harus berusaha mendefinisikan masalah sebagai pernyataan yang tetap berpusat pada manusia. Tahapan ini membantu UI/UX Designer mengumpulkan ide-ide hebat dalam membangun fitur, fungsi, dan elemen yang memungkinkan. Tujuannya untuk memungkinkan sampai menyelesaikan masalah yang sekiranya dialami oleh user.

Untuk memudahkan tahapan define, kamu dapat memahami lebih lanjut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Kesulitan atau hambatan yang dihadapi oleh user?
  • Pola apa yang kamu amati?
  • Apa masalah besar yang perlu ditangani oleh tim?

Ketimbang menyatakan, “Kita perlu…”, gantilah dengan sudut pandang user menjadi, “Orang dewasa di Kota A perlu…”. Aktivitas utama dalam fase define adalah pengelompokkan. Kelompokkan ide bersama-sama dengan tim sampai kamu menemukan tema yang dominan atau paling menonjol untuk diperhatikan. Manfaatkan pengamatan, kutipan, maupun gagasan yang diperoleh selama masa penelitian.

Ideate

Pemahaman yang kuat mengenai user dan pernyataan masalah yang jelas dapat membantu designer dalam mengerjakan solusi potensial. Tahapan yang ketiga ini adalah tempat untuk menuangkan kreativitas terhadap prototype yang akan dihasilkan. Kamu dan segenap rekan UI dan UX Designer akan mengadakan sesi khusus agar dapat menghasilkan lebih banyak ide dan sudut pandang baru. 

Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk mengeksekusi proses ideate adalah mindmapping, brainstorming, hingga skenario roleplay. Dengan latar belakang pengolahan fase ideate tersebut, pikirkan hal-hal outside the box untuk mengidentifikasi alternatif dan solusi terbaik. Akhir dari fase ini diharapkan membantu penyelidikan dan pengujian terhadap ide-ide yang telah kamu keluarkan. Diskusikan ide yang sudah dipresentasikan kemudian terima masukan dari setiap individu yang ada di dalam tim.

Prototype

Sekarang adalah waktunya untuk menghasilkan sejumlah versi produk dengan fitur yang spesifik. Tujuannya memudahkan penyelidikan solusi masalah yang dihasilkan pada design thinking process sebelumnya. Prototype dapat dibagikan dan diuji dalam ruang lingkup tim, departemen lain, maupun sekelompok orang di luar tim UI/UX design. Fase ini tergolong masa percobaan agar dapat memperoleh solusi paling relevan dengan adanya masalah user.

Solusi yang diimplementasikan pada prototype satu persatu akan diselidiki, diterima, ditingkatkan, diperiksa ulang, atau ditolak berdasarkan pengalaman user sebagai acuan. Melalui trial and error, solusi yang paling mungkin dapat muncul dalam pemecahan masalah yang teridentifikasi. Peningkatan terhadap berbagai versi prototype sudah jelas dilakukan lewat feedback yang diterima. Prototype mempresentasikan keberhasilan untuk mencapai pemahaman yang sebenarnya antara produk dengan user.

BACA JUGA: Do’s and Don’ts dalam Dunia UI/UX Design

Test

Saatnya untuk menggabungkan semua pekerjaan dan informasi untuk menguji produk di tahapan akhir. Tujuan dari tahapan ini adalah mendefinisikan kembali satu atau lebih masalah kemudian menginformasikannya kepada pihak yang memahami user. Penting kamu ketahui bahwa proses test masih menjadi tahapan yang interaktif. Kamu akan mendengar sejumlah hal dari user, seperti yang dilakukan pada proses empathize. Bedanya, kamu menunjukkan prototype supaya memperoleh feedback soal pemecahan masalah terhadap yang sedang terjadi.

Selain itu, proses test juga sangat penting karena segala hal adalah tentang user yang menggunakan produk tersebut. Tidak menutup kemungkinan jika kamu harus beranjak untuk kembali ke tahapan sebelumnya. Selain memperoleh wawasan baru, bisa jadi kamu menghasilkan ide-ide baru yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Contoh Penerapan Design Thinking UI/UX di Perusahaan

Pada praktiknya, design thinking diterapkan di aplikasi dari berbagai industri mulai dari sektor pariwisata, kuliner, dan lain sebagainya. Alasannya tentu karena design thinking menjadi metode yang baik untuk memahami kebutuhan audiens dan membantu memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif. Berikut beberapa contoh produk yang dibangun menggunakan proses design thinking:

Airbnb

Pasti kamu sudah tidak asing dengan perusahaan satu ini, yaitu perusahaan yang menyediakan layanan untuk menyewa tempat tinggal mulai dari apartemen, rumah, hingga villa. Airbnb juga jadi salah satu contoh perusahaan yang menerapkan design thinking di dalam proses pengembangan layanan mereka. Tim Airbnb mempercayai bahwa kebanyakan orang ragu untuk memesan tempat karena foto-foto yang disediakan kebanyakan resolusinya sangat rendah. Akhirnya, tim Airbnb mengeluarkan upaya untuk menyediakan bantuan untuk penyewa mengambil foto yang berkualitas tinggi. Hasilnya, Airbnb kini jadi platform andalan banyak orang bahkan pendapatannya bernilai miliaran dolar. 

Pillpack

Pillpack juga jadi salah satu perusahaan yang sukses menerapkan design thinking pada produk-produk mereka. Biasanya bagi orang dewasa dan lansia mengingat jadwal minum obat itu terasa sangat sulit. Oleh karena itu, Pillpack yang bergerak di bidang kesehatan membuat experience tersebut menjadi lebih mudah dengan menciptakan sistem pengiriman resep ke rumah yang bisa mengatur obat-obatan ke dalam paket yang sudah disortir. Bahkan, paket obat tersebut sudah diberi label berdasarkan tanggal dan waktu penggunaannya. 

IBM

IBM memiliki banyak produk yang sifatnya open source yaitu bisa diakses dan dimodifikasi oleh publik. Tentunya ini juga menjawab kebutuhan banyak pengguna teknologi yang ingin menggunakan sistem yang sifatnya lebih personal. Dengan meluncurkan produk open source ini IBM berhasil menaikan 30% ROI mereka di tahun 2019. 

Tokopedia

Perusahaan asal Indonesia ini juga menerapkan design thinking untuk produknya. Salah satunya, dalam pembuatan fitur promo berangkat dari harapan untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan di rumah yang efisien dan juga terjangkau. Hal ini merupakan salah satu contoh dari bentuk empati dalam design thinking, tak hanya itu Tokopedia juga menerapkan tahapan-tahapan design thinking lainnya ketika meluncurkan sebuah produk baru. 

Apple

Steve Jobs mengaplikasikan design thinking pada penciptaan produknya yang otentik sampai saat ini. Tidak hanya mengedepankan desain yang estetik, Apple juga mengutamakan kenyamanan dalam pengalaman pengguna ketika memakai produknya. Mungkin kamu sebagai pengguna juga menyadari bahwa produk-produk Apple selalu dinanti-nanti karena produknya selalu user friendly. Contohnya, iMac yang dibuat dengan kualitas dan layar yang sangat jernih.

Traveloka

Prinsip yang selalu menjadi dasar dalam proses perancangan interface di Traveloka selalu sejalan dengan design thinking yaitu data informed, empathy, deliver, dan iterate. Pembuatan design Traveloka selalu berdasarkan data yang dikumpulkan dari pengguna lalu disusun berdasarkan empati terhadap permasalahan yang dialami pengguna, dan akhirnya disajikan untuk diuji dan proses perancangan akan terus diulang hingga menemukan yang tepat. 

Adobe

Perusahaan yang bergerak di bidang desain ini juga menerapkan design thinking dalam menciptakan inovasi, salah satunya yaitu Adobe XD yang lahir dari keresahan dua produk paling populer mereka yaitu Photoshop dan Illustrator yang tidak bisa membuat desain antarmuka. Oleh karena itu, dalam proses penciptaan Adobe XD ada tahapan-tahapan design thinking yang diterapkan mulai dari fase berempati dengan wawancara, observasi, dan menggali pengalaman, mendefinisikan masalah dan tantangan, menciptakan prototype, hingga akhirnya masuk ke tahap pengujian. 

Gojek

Fakta menariknya, Gojek berdiri dengan didasari design thinking. Perusahaan ini lahir dari keresahan Nadiem Makarim saat melewati kemacetan Jakarta dan mendengarkan kisah tukang ojek pangkalan. Akhirnya, bentuk empati tersebut didefinisikan dengan aplikasi yang bisa mengakomodasi kedua kebutuhan tersebut yaitu kendaraan yang bisa menghadapi kemacetan dan kejelasan penghasilan untuk tukang ojek. Bahkan, kini Gojek juga menghadirkan berbagai layanan lain seperti pesan-antar makanan, jual-beli tiket, dan lain sebagainya. 

Tools yang Digunakan Untuk Proses Design Thinking

Berikut rekomendasi tools yang biasa digunakan dalam proses design thinking:

Hotjar

Hotjar dirancang untuk mengumpulkan insight yang membantu kamu menempatkan pengguna dan data sebagai inti dari setiap keputusan produk. Ada dua fitur utama Hotjar yang bisa membantu proses design thinking, yaitu:

  • Observe = Heatmap dan recording tools untuk melihat cara pengguna mengklik dan bernavigasi
  • Ask = Survey tools dan feedback tools untuk mendengar langsung feedback dari pengguna

Dengan dua fitur utama tersebut, tools Hotjar cocok digunakan pada tahapan design thinking empathize dan test. 

Miro

Miro memiliki banyak template gratis yang bisa digunakan untuk memvisualisasikan kebutuhan pengguna. Kemungkinan besar kamu akan sering menggunakan Miro pada tahap pemikiran desain ‘Ideate’, karena Miro ideal untuk sesi brainstorming secara real-time. Dengan dua fitur utama yang ada di Miro, tools Miro cocok digunakan pada tahapan design thinking define dan ideate. 

Figma

Figma adalah tools desain kolaboratif dengan dua fungsi inti: Figma, platform desain lengkap, dan FigJam, papan tulis online untuk tim. Figma dan FigJam memiliki paket gratis dan dapat digunakan untuk tiga bagian proses design thinking:

  • Ide: Mulai dengan FigJam, dan gunakan papan tulis untuk bertukar pikiran tentang solusi produk potensial
  • Prototipe: Bawa ide Anda ke Figma untuk merancang dan mengomentari prototipe 
  • Pengujian: Gunakan “Mode Observasi” untuk melihat bagaimana pengguna berinteraksi dengan prototipe 

Dengan tiga fitur utama yang ada di Figma, tools Figma cocok digunakan pada tahapan design thinking ideate, prototype dan test. 

Balsamiq

Balsamiq adalah perangkat lunak wireframing yang bisa digunakan untuk wireframing online secara kolaboratif. Salah satu fitur yang sangat memudahkan proses kerja dengan Balsamiq adalah fitur kolaborasinya dengan sharing control yang fleksibel dan cepat, selain itu hasil wireframe yang sudah dibuat bisa langsung di-export dalam berbagai format. Tools Balsamiq cocok digunakan pada tahapan prototype. 

Maze

Maze adalah platform research untuk pengujian riset pengguna termasuk pengujian prototipe, pengujian pohon, dan pengujian 5 detik. Maze memiliki paket gratis untuk memulai dan terintegrasi dengan Figma dan InVision, sehingga memudahkan pengujian prototipe A/B selama tahap ‘Pengujian’ dalam pemikiran desain. Maze juga berfungsi dengan baik untuk fase ’emphaty’. Dengan fitur tersebut, tools Maze cocok digunakan pada tahapan empathize dan test. 

Ingin belajar lebih lanjut mengenai design thinking melalui pembelajaran teori dan praktik yang efektif? Belajar sekarang melalui Video Learning Bootcamp UI/UX Design dari Digital Skola, ada banyak pilihan Video Learning yang bisa kamu sesuaikan dengan kebutuhan belajar kamu, diantaranya:

  • UI/UX Design Fundamentals and Product Management
  • Design Thinking: Empathize
  • Design Thinking: Define, Ideation, and Creative Thinking
  • User Flow and Wireframe
  • UI Fundamentals
  • Bundling: Fullstack UI/UX Design + Portfolio
  • User Experience, Designing for Multiple Platforms & Usability Test

Cari tahu info lengkapnya dengan klik button di bawah ini!