
Design thinking process merupakan salah satu metodologi desain yang menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk memecahkan masalah, terutama yang berpusat pada kebutuhan pengguna. Konsep ini menjadi sangat relevan di berbagai profesi yang berfokus pada pengalaman pengguna, seperti UI (User Interface) Designer dan UX (User Experience) Designer. Melalui pendekatan ini, proses pengembangan produk atau layanan tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga mengutamakan bagaimana solusi tersebut dapat memberikan manfaat nyata bagi pengguna.
Sebagai UI/UX Designer, design thinking memang memiliki pengaruh besar dalam proses pembangunan user experience dan desain user interface. Bahkanm, kini semakin banyak industri yang beralih menuju pendekatan yang berpusat pada manusia sebagai user. Hal ini diwujudkan dari produk-produk yang sudah jadi maupun masih dikembangkan agar dapat melayani user dengan baik. Alhasil, perancangan produk harus mengusung nilai-nilai yang tidak jauh dari kemudahan bagi para user.
Berdasarkan kondisi tersebut, sangat penting untuk memahami filosofi dan bentuk praktik dari design thinking process. Mengingat metodologi ini memang berguna untuk memecahkan masalah kompleks yang terjadi di sekitarmu. Entah solusi yang berguna dalam lingkup perusahaan, negara, sampai koneksi antarbenua. Lantas, bagaimana tahapan design thinking process? Simak lengkapnya di artikel ini!
BACA JUGA: UI UX Design Course: Rekomendasi Belajar Online
Apa Itu Design Thinking Process?
Design thinking process adalah seperangkat prinsip pendekatan langsung untuk memecahkan masalah desain yang berpusat pada manusia. Konsep ini cenderung mengutamakan kebutuhan emosional, kognitif, dan estetika dari user. Design thinking juga melibatkan pembingkaian ulang dari masalah, menciptakan ide dari sesi brainstorming, serta mengadopsi pendekatan langsung dalam sesi pembuatan prototype dan testing.
Dalam penerapan design thinking, kamu perlu menyatukan keinginan dari sudut pandang manusia dengan yang layak secara teknologi maupun ekonomi. Suatu perusahaan diharapkan mampu menciptakan perubahan pola pikir sederhana dan mengatasi masalah dari berbagai solusi baru. Selain mengambil tindakan yang diperlukan, seorang UI/UX Designer juga perlu memahami pertanyaan agar dapat menjawabnya dengan tepat.
BACA JUGA: Best UI UX Design Course untuk Pemula
5 Design Thinking Process
Design thinking process adalah pendekatan iteratif yang digunakan untuk memahami pengguna, menantang asumsi, mendefinisikan ulang masalah, dan menciptakan solusi inovatif untuk prototipe dan pengujian. Proses ini biasanya terdiri dari lima tahapan:
Design Thinking Process: Tahap Empathize
Tahap pertama dari design thinking process adalah mendapatkan pemahaman empatik dari masalah yang ingin dipecahkan. Empati sangat penting bagi proses UI/UX design karena mampu mengesampingkan asumsi dan cenderung mengumpulkan wawasan soal kebutuhan user. Dalam tahapan empathize, kamu akan terlibat pada aktivitas untuk memahami pengalaman sekaligus motivasi user terhadap suatu produk.
Sejumlah informasi yang berhasil terkumpul bermanfaat selama melaksanakan proses design thinking berikutnya. Berikut aktivitas yang akan kamu lakukan dalam proses empathize:
- Observasi = Memahami alur, arah, serta hal-hal yang menjadi fokus utama dari para user
- Wawancara kualitatif = Wawancara one-on-one dengan beberapa user untuk memahami perilaku mereka terhadap topik yang kamu jelajahi
Design Thinking Process: Tahap Define
Tahap ini merupakan bentuk pengumpulan informasi yang diambil dari proses empathize. Di sini, kamu akan menganalisis hasil pengamatan kemudian mensintesiskan untuk menemukan masalah inti yang berhasil diidentifikasi. Tahapan ini membantu UI/UX Designer mengumpulkan ide-ide hebat dalam membangun fitur, fungsi, dan elemen yang memungkinkan.
Tujuannya, untuk memungkinkan sampai menyelesaikan masalah yang sekiranya dialami oleh user. Untuk memudahkan tahapan define, kamu dapat memahami lebih lanjut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Kesulitan atau hambatan yang dihadapi oleh user?
- Pola apa yang kamu amati?
- Apa masalah besar yang perlu ditangani oleh tim?
Ketimbang menyatakan, “Kita perlu…”, gantilah dengan sudut pandang user menjadi, “Orang dewasa di Kota A perlu…”. Aktivitas utama dalam fase define adalah pengelompokkan. Kelompokkan ide bersama-sama dengan tim sampai kamu menemukan tema yang dominan atau paling menonjol untuk diperhatikan.
Design Thinking Process: Tahap Ideate
Pemahaman yang kuat mengenai user dan pernyataan masalah yang jelas dapat membantu designer dalam mengerjakan solusi potensial. Tahapan yang ketiga ini adalah tempat untuk menuangkan kreativitas terhadap prototype yang akan dihasilkan. Kamu dan segenap rekan UI dan UX Designer akan mengadakan sesi khusus agar dapat menghasilkan lebih banyak ide dan sudut pandang baru. Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk mengeksekusi proses ideate adalah:
- Mindmapping
- Brainstorming
- Skenario roleplay
Dengan latar belakang pengolahan fase ideate tersebut, pikirkan hal-hal outside the box untuk mengidentifikasi alternatif dan solusi terbaik. Akhir dari fase ini diharapkan membantu penyelidikan dan pengujian terhadap ide-ide yang telah kamu keluarkan. Diskusikan ide yang sudah dipresentasikan kemudian terima masukan dari setiap individu yang ada di dalam tim.
Design Thinking Process: Tahap Prototype
Tahapan ini bertujuan untuk membuat berbagai versi produk dengan fitur spesifik guna menguji solusi dari masalah yang diidentifikasi sebelumnya. Prototype diuji secara internal maupun eksternal, termasuk oleh user. Proses trial and error membantu mengevaluasi solusi, apakah diterima, diperbaiki, atau ditolak berdasarkan feedback user. Dengan feedback ini, prototype terus disempurnakan hingga menghasilkan solusi yang paling relevan, sekaligus memastikan produk memenuhi kebutuhan user.
Design Thinking Process: Tahap Test
Tahapan selanjutnya adalah menggabungkan semua pekerjaan dan informasi untuk menguji produk di tahapan akhir. Tujuan dari tahapan ini adalah mendefinisikan kembali satu atau lebih masalah kemudian menginformasikannya kepada pihak yang memahami user. Penting kamu ketahui bahwa proses test masih menjadi tahapan yang interaktif.
Kamu akan mendengar sejumlah hal dari user, seperti yang dilakukan pada proses empathize. Bedanya, di tahap ini kamu menunjukkan prototype supaya memperoleh feedback soal pemecahan masalah terhadap yang sedang terjadi. Selain itu, proses test juga sangat penting karena segala hal adalah tentang user yang menggunakan produk terse
BACA JUGA: Mengenal Empathy Map dalam UX Design Thinking
Manfaat Design Thinking Process
Ada banyak manfaat dari penerapan proses design thinking, berikut diantaranya:
Memahami Kebutuhan User
Dengan fokus pada empathy (tahap awal design thinking), proses ini membantu memahami kebutuhan, masalah, dan keinginan pengguna secara mendalam. Hasilnya, solusi yang dihasilkan lebih relevan dan tepat sasaran.
Mendorong Inovasi
Menggabungkan kreativitas dan pemecahan masalah untuk menghasilkan ide-ide baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Hasilnya, bisa membuka ruang eksplorasi berbagai kemungkinan solusi.
Kolaborasi yang Lebih Baik
Design thinking juga bermanfaat untuk mendorong kerja sama lintas disiplin dan melibatkan berbagai perspektif dalam tim. Proses seperti brainstorming dan prototype testing bisa membantu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif.
Pendekatan Iteratif untuk Solusi Terbaik
Melalui tahapan prototyping dan testing, solusi diuji secara cepat dan berulang. Hal ini memungkinkan perbaikan terus-menerus hingga mencapai hasil yang optimal.
Mengurangi Risiko Kegagalan
Dengan menguji solusi dalam skala kecil sebelum implementasi penuh, risiko kegagalan besar dapat diminimalkan.
Meningkatkan Kecepatan Problem Solving
Pendekatan berbasis eksperimen dan validasi cepat membantu mempercepat proses pengembangan solusi. Sehingga mengurangi waktu untuk mengambil keputusan penting karena didukung oleh data konkret.
Memperkuat Fokus Pada User Centric
Pada proses design thinking, fokusnya adalah menempatkan manusia sebagai pusat perhatian. Hasilnya, tercipta solusi yang tidak hanya fungsional, tetapi juga menyenangkan dan mudah digunakan.
BACA JUGA: Panduan Belajar UI/UX dari Nol
Elemen dalam Design Thinking Process

Ada beberapa elemen dari proses design thinking, berikut diantaranya:
Hands-on
Design thinking menekankan pentingnya pengujian secara langsung, bukan hanya berhenti pada teori atau menjabarkan solusi secara konseptual. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membuat prototipe yang dapat digunakan untuk menguji perangkat lunak.
Kreativitas
Elemen selanjutnya pada design thinking adalah kreativitas tanpa batas karena tidak terikat oleh aturan baku. Dengan pendekatan ini, kamu bisa bebas belajar dan mencoba berbagai cara baru untuk memecahkan masalah.
Bersifat Iteratif
Design thinking adalah proses yang berulang, di mana langkah-langkah dilakukan terus-menerus untuk mencapai hasil yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
User Centered
Elemen selanjutnya adalah fokus pada pengguna. Karena tanpa memahami apa yang diinginkan atau dibutuhkan oleh pengguna, kamu tidak akan mampu menemukan solusi yang tepat untuk memenuhi harapan mereka.
BACA JUGA: 7 Tips Jadi UI/UX Designer, Yuk Coba Sekarang!
Contoh Penerapan Design Thinking Process
Pada praktiknya, design thinking diterapkan di aplikasi dari berbagai industri mulai dari sektor pariwisata, kuliner, dan lain sebagainya. Alasannya tentu karena design thinking menjadi metode yang baik untuk memahami kebutuhan audiens dan membantu memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif. Berikut beberapa contoh produk yang dibangun menggunakan proses design thinking:
Airbnb
Pasti kamu sudah tidak asing dengan perusahaan satu ini, yaitu perusahaan yang menyediakan layanan untuk menyewa tempat tinggal mulai dari apartemen, rumah, hingga villa. Airbnb juga jadi salah satu contoh perusahaan yang menerapkan design thinking di dalam proses pengembangan layanan mereka. Tim Airbnb mempercayai bahwa kebanyakan orang ragu untuk memesan tempat karena foto-foto yang disediakan kebanyakan resolusinya sangat rendah.
Akhirnya, tim Airbnb mengeluarkan upaya untuk menyediakan bantuan untuk penyewa mengambil foto yang berkualitas tinggi. Hasilnya, Airbnb kini jadi platform andalan banyak orang bahkan pendapatannya bernilai miliaran dolar.
Pillpack
Pillpack juga jadi salah satu perusahaan yang sukses menerapkan design thinking pada produk-produk mereka. Biasanya bagi orang dewasa dan lansia mengingat jadwal minum obat itu terasa sangat sulit.
Oleh karena itu, Pillpack yang bergerak di bidang kesehatan membuat experience tersebut menjadi lebih mudah dengan menciptakan sistem pengiriman resep ke rumah yang bisa mengatur obat-obatan ke dalam paket yang sudah disortir. Bahkan, paket obat tersebut sudah diberi label berdasarkan tanggal dan waktu penggunaannya.
IBM
IBM memiliki banyak produk yang sifatnya open source yaitu bisa diakses dan dimodifikasi oleh publik. Tentunya ini juga menjawab kebutuhan banyak pengguna teknologi yang ingin menggunakan sistem yang sifatnya lebih personal. Dengan meluncurkan produk open source ini IBM berhasil menaikan 30% ROI mereka di tahun 2019.
Tokopedia
Perusahaan asal Indonesia ini juga menerapkan design thinking untuk produknya. Salah satunya, dalam pembuatan fitur promo berangkat dari harapan untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan di rumah yang efisien dan juga terjangkau.
Hal ini merupakan salah satu contoh dari bentuk empati dalam design thinking, tak hanya itu Tokopedia juga menerapkan tahapan-tahapan design thinking lainnya ketika meluncurkan sebuah produk baru.
Apple
Steve Jobs mengaplikasikan design thinking pada penciptaan produknya yang otentik sampai saat ini. Tidak hanya mengedepankan desain yang estetik, Apple juga mengutamakan kenyamanan dalam pengalaman pengguna ketika memakai produknya.
Mungkin kamu sebagai pengguna juga menyadari bahwa produk-produk Apple selalu dinanti-nanti karena produknya selalu user friendly. Contohnya, iMac yang dibuat dengan kualitas dan layar yang sangat jernih.
Traveloka
Prinsip yang selalu menjadi dasar dalam proses perancangan interface di Traveloka selalu sejalan dengan design thinking yaitu data informed, empathy, deliver, dan iterate. Pembuatan design Traveloka selalu berdasarkan data yang dikumpulkan dari pengguna lalu disusun berdasarkan empati terhadap permasalahan yang dialami pengguna, dan akhirnya disajikan untuk diuji dan proses perancangan akan terus diulang hingga menemukan yang tepat.
Adobe
Perusahaan yang bergerak di bidang desain ini juga menerapkan design thinking dalam menciptakan inovasi, salah satunya yaitu Adobe XD yang lahir dari keresahan dua produk paling populer mereka yaitu Photoshop dan Illustrator yang tidak bisa membuat desain antarmuka.
Oleh karena itu, dalam proses penciptaan Adobe XD ada tahapan-tahapan design thinking yang diterapkan mulai dari fase berempati dengan wawancara, observasi, dan menggali pengalaman, mendefinisikan masalah dan tantangan, menciptakan prototype, hingga akhirnya masuk ke tahap pengujian.
Gojek
Fakta menariknya, Gojek berdiri dengan didasari design thinking. Perusahaan ini lahir dari keresahan Nadiem Makarim saat melewati kemacetan Jakarta dan mendengarkan kisah tukang ojek pangkalan.
Akhirnya, bentuk empati tersebut didefinisikan dengan aplikasi yang bisa mengakomodasi kedua kebutuhan tersebut yaitu kendaraan yang bisa menghadapi kemacetan dan kejelasan penghasilan untuk tukang ojek. Bahkan, kini Gojek juga menghadirkan berbagai layanan lain seperti pesan-antar makanan, jual-beli tiket, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: Do’s and Don’ts dalam Dunia UI/UX Design
5 Tools Design Thinking Process
Berikut rekomendasi tools yang biasa digunakan dalam proses design thinking:
Hotjar
Hotjar dirancang untuk mengumpulkan insight yang membantu kamu menempatkan pengguna dan data sebagai inti dari setiap keputusan produk. Ada dua fitur utama Hotjar yang bisa membantu proses design thinking, yaitu:
- Observe = Heatmap dan recording tools untuk melihat cara pengguna mengklik dan bernavigasi
- Ask = Survey tools dan feedback tools untuk mendengar langsung feedback dari pengguna
Dengan dua fitur utama tersebut, tools Hotjar cocok digunakan pada tahapan design thinking empathize dan test.
Miro
Miro memiliki banyak template gratis yang bisa digunakan untuk memvisualisasikan kebutuhan pengguna. Kemungkinan besar kamu akan sering menggunakan Miro pada tahap pemikiran desain ‘Ideate’, karena Miro ideal untuk sesi brainstorming secara real-time. Dengan dua fitur utama yang ada di Miro, tools Miro cocok digunakan pada tahapan design thinking define dan ideate.
Figma
Figma adalah tools desain kolaboratif dengan dua fungsi inti: Figma, platform desain lengkap, dan FigJam, papan tulis online untuk tim. Figma dan FigJam memiliki paket gratis dan dapat digunakan untuk tiga bagian proses design thinking:
- Ide: Mulai dengan FigJam, dan gunakan papan tulis untuk bertukar pikiran tentang solusi produk potensial
- Prototipe: Bawa ide Anda ke Figma untuk merancang dan mengomentari prototipe
- Pengujian: Gunakan “Mode Observasi” untuk melihat bagaimana pengguna berinteraksi dengan prototipe
Dengan tiga fitur utama yang ada di Figma, tools Figma cocok digunakan pada tahapan design thinking ideate, prototype dan test.
Balsamiq
Salah satu fitur yang sangat memudahkan proses kerja dengan Balsamiq adalah fitur kolaborasinya dengan sharing control yang fleksibel dan cepat, selain itu hasil wireframe yang sudah dibuat bisa langsung di-export dalam berbagai format. Tools Balsamiq cocok digunakan pada tahapan prototype.
Maze
Maze adalah platform research untuk pengujian riset pengguna termasuk pengujian prototipe, pengujian pohon, dan pengujian 5 detik. Maze memiliki paket gratis untuk memulai dan terintegrasi dengan Figma dan InVision, sehingga memudahkan pengujian prototipe A/B selama tahap ‘Pengujian’ dalam pemikiran desain. Maze juga berfungsi dengan baik untuk fase ’emphaty’. Dengan fitur tersebut, tools Maze cocok digunakan pada tahapan empathize dan test.
BACA JUGA: UI UX Designer: Penjelasan Lengkap Peran hingga Gaji
Kesimpulan
Bisa disimpulkan, proses design thinking adalah pendekatan pemecahan masalah yang berfokus pada pengguna, mengedepankan pemahaman mendalam tentang kebutuhan mereka. Proses ini dimulai dengan tahap empathize untuk memahami perspektif pengguna, dilanjutkan dengan define untuk merumuskan masalah yang ingin dipecahkan. Setelah itu, tahap ideate membantu menghasilkan solusi kreatif, yang kemudian diuji melalui pembuatan prototype yang memungkinkan validasi dan iterasi berdasarkan umpan balik pengguna.
Metode ini bersifat iteratif dan sangat bergantung pada kolaborasi serta eksperimen, memberikan ruang bagi pengembangan ide-ide baru. Dengan berfokus pada solusi yang berpusat pada pengguna, design thinking memungkinkan penciptaan produk atau layanan yang lebih relevan dan efektif.
BACA JUGA: UI Components: Kategori dan Glosarium Bagi UI Designer
Yuk, Belajar Design Thinking Process Bareng Mentor Expert!
Ingin belajar lebih lanjut mengenai design thinking melalui pembelajaran teori dan praktik yang efektif? Belajar sekarang melalui Video Learning Bootcamp UI/UX Design dari Digital Skola, ada banyak pilihan Video Learning yang bisa kamu sesuaikan dengan kebutuhan belajar kamu, diantaranya:
- UI/UX Design Fundamentals and Product Management
- Design Thinking: Empathize
- Design Thinking: Define, Ideation, and Creative Thinking
- User Flow and Wireframe
- UI Fundamentals
- Bundling: Fullstack UI/UX Design + Portfolio
- User Experience, Designing for Multiple Platforms & Usability Test
Cari tahu info lengkapnya dengan klik button di bawah ini!