Pernahkah kamu menyadari bahwa banyak hal dari kehidupan kita telah terdigitalisasi? Kita pun secara terus menerusmenggunakan teknologi untuk melakukan tugas-tugas yang mempermudah hidup. Inilah yang sering dikaitkan dengan transformasi digital, yaitu kondisi teknologi mengubah proses analog menjadi proses digital (sumber: Dropbox).
Transformasi Digital: Teknologi vs Manusia
Meski begitu, Harvard Business Review justru mengungkapkan bahwa transformasi ini justru lebih fokus pada orang-orangnya, dan bukan pada teknologinya. Singkatnya, kamu bisa saja membeli suatu teknologi, tapi kemampuanmu utnuk beradaptasi ke masa depan yang lebih terdigitalisasi bergantung pada pengembangan skill lebih lanjut. Dengan begitu, baru kamu bisa menutup gap antara supply-demand tenaga kerja yang dibutuhkan industri melalui skill yang lebih relevan di era digital ini.
Baca juga: 3 Kunci Utama untuk Jadi Digital Talent
Dilaporkan oleh The Economist, salah satu dampak paling jelas dari kondisi pandemi COVID-19 adalah peleburan layanan berbasis data ke dalam lebih banyak aspek kehidupan. Dan dampak tersebut tak hanya terjadi pada kehidupan sehari-hari, tapi juga bagi industri dan dunia kerja.
Selanjutnya, transformasi ini justru menuntut SDM untuk memiliki skill yang relevan di era digital. Dengan begitu, kamu akan bisa menjamin bahwa posisimu sebagai salah satu tenaga kerja tetap aman di kemudian hari karena kamu punya skill yang dibutuhkan industri.
Dampaknya Terhadap Industri
Dalam dunia industri, transformasi digital berarti perubahan penerapan kapabilitas digital dalam proses, produk, dan aset perusahaan untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan customer value, mengelola risiko, dan menjajal peluang pendapatan yang baru.
Transformasi ini terjadi secara global, yang berarti industri perlu mengadopsi teknologi digital baik itu untuk operasional internal serta eksternal – termasuk dalam sales, marketing, dan support. Untuk bisa beradaptasi, perusahaan harus bersedia menerima perubahan budaya dan memikirkan kembali kondisi status quo mereka saat ini.
Di sinilah kemampuan dan talenta digital memainkan peran krusial dalam transformasi dan eksploitasi peluang strategi bisnis yang baru. Dalam sebuah studi, klaim tersebut didukung bahwa perusahaan membutuhkan manusia yang tanpa batas, dapat beradaptasi, dan secara esensi manusia untuk bisa bertahan dalam dunia yang terus berubah (sumber: Nexus Integra).
Melalui studi tersebut, perusahaan dianjurkan untuk berhenti memandang aplikasi, infrastruktur, dan karyawan mereka sebagai entitas yang terpisah-pisah. Justru semua aspek tersebut merupakan entitas yang saling bersinggungan di dalam sebuah sistem yang saling terhubung.
Baca juga: Cara Belajar Skill Digital, Otodidak hingga Bootcamp
Pengaruhnya pada Masa Depan Karier
Ketika artificial intelligence alias AI pertama kali meraih popularitasnya, kamu mungkin ingat bahwa masa-masa tersebut adalah era di mana istilah transformasi digital paling sering digunakan orang-orang dan dipakai di dalam berbagai konteks.
Penerapannya pun bisa kamu temukan di berbagai sektor industri. Mulai dari fitur pembayaran tagihan di bank, chatbot yang diimplementasi di beragam website, hingga hiring tools berbasis AI untuk menyaring lamaran kerja, tak perlu diragukan lagi bahwa dunia saat ini sudah jelas mengarah ke automasi dan digitalisasi.
Mengingat bahwa transformasi ini diterapkan ke dalam berabagi aspek dalam industri, rasanya tak heran kalau para pekerja langsung meneriakkan kekhawatiran mereka: Akankah teknologi digital juga akan merampas pekerjaan mereka?
Sudah ada banyak artikel maupun literatur lain yang menjelaskan bahwa AI justru akan menciptakan lebih banyak pekerjaan, yang kemudian kita kenal sebagai Industri 4.0 alias revolusi industri keempat. Era ini merupakan lanjutan dari Industri 3.0, yang ditandai oleh “ledakan” teknologi elektronik dan teknologi informasi.
Pengaruh adanya robot ini makin terasa ketika pandemi COVID-19 datang dan mengakibatkan perubahan besar-besaran dalam dunia kerja. Salah satunya adalah WFH dan berbagai bentuk kerja kolaboratif jarak jauh lainnya. Akibatnya, kantor-kantor jauh lebih sering kosong dan industri makin mengadopsi automasi. Dan segalanya terjadi dalam tempo yang sangat cepat.
Baca juga: Ingin Sukses? Pertimbangkan untuk Ikut Career Coaching
Selanjutnya, transformasi digital tak lagi sebatas dipandang sebagai tujuan perusahaan di masa depan, tapi menjadi penerapan yang diperlukan segera agar bisnis dapat terus berjalan. Sebagai contoh, pabrik menggunakan otomatisasi untuk memastikan produksi tetap berjalan, industri ritel memanfaatkan metode operasional tanpa kasir dengan bantuan robot, dan masih ada banyak perubahan lainnya.
Akan tetapi, apakah perubahan karena pandemi ini bersifat permanen? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh PwC, mayoritas CEO di seluruh dunia percaya bahwa perubahan tersebut akan berdampak lama dan cenderung permanen. Berikut ini adalah persentase responden yang percaya bahwa beberapa hal tidak sebatas jadi tren:
· Kolaborasi jarak jauh: 78%.
· Otomatisasi : 76%.
· Digitalisasi: 61%.
Tingginya persentase tersebut menunjukkan bahwa industri akan jauh lebih bergantung pada automasi dan digitalisasi. Artinya, orang-orang yang kehilangan pekerjaan karena perubahan teknologi ini kemungkinan besar tidak akan bisa mendapatkan pekerjaannya kembali karena pekerjaan tersebut tak akan ada lagi di industri.
Seperti yang dilaporkan oleh Forbes, otomatisasi dan digitalisasi yang lebih luas akan berakhir pada hilangnya beberapa jenis pekerjaan tertentu sebagai dampak dari perubahan proses manual atau analog menjadi digital.
Tapi kamu tak perlu cemas karena ada beberapa hal yang bisa membantumu menghadapi ketidakpastian di era digital ini, yang dirangkum dari Harvard Business Review:
Manusia tetap memainkan peran utama
Inovasi teknologi sehebat apapun akan jadi percuma jika tidak diimbangi dengan skill SDM yang memadai. Sebaliknya, kemampuan sehebat manusia akan jadi kurang optimal tanpa peran teknologi. Karena itu, investasi pada SDM tetap menjadi prioritas agar sebuah teknologi jadi berguna.
Fokus pada soft skill-mu
Pada dasarnya, transformasi digital justru menitikberatkan fokusnya pada manusia dan bukannya pada teknologi. Oleh karena itu, pastikan kamu meningkatkan soft skill-mu yang berperan besar di era digital ini. Beberapa di antaranya adalah kemampuan beradaptasi, fleksibel, rasa ingin tahu yang tinggi, keinginan dan kemampuan belajar yang tinggi, dan sebagainya.
Mengapa? Karena teknologi digital ini membuat hard skill di masa depan jadi lebih sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu, perusahaan akan cenderung merekrut orang-orang yang soft skill-nya memungkinkan mereka untuk mengembangkan hard skill yang relevan di masa depan.
Melek data
Kemajuan teknologi digital juga membuat peran data yang jadi semakin krusial dalam industri. Karena pada akhirnya, perusahaan yang mampu bertahan jauh adalah perusahaan yang bisa mendapatkan data-data bernilai, bisa menerjemahkan data menjadi insight bermakna, dan melakukan tindakan atas insight tersebut.
Oleh karena itu, menjadi SDM yang melek data akan menjadi keunggulan besar bagimu di dunia kerja. Terlebih lagi, saat ini ada beberapa pilihan karier spesifik yang berkaitan dengan data dan sangat dibutuhkan berbagai industri di seluruh dunia. Misalnya data analyst, data engineer, dan data specialist.
Baca juga: Rekomendasi Bootcamp: Digital Skola VS Bootcamp Lain
Menjadi SDM Bertalenta Digital Bersama Digital Skola
Menghadapi ketidakpastian di masa depan sebagai akibat dari transformasi digital bisa jadi terasa seperti hal menakutkan. Akan tetapi, kamu tak perlu khawatir karena tak pernah ada kata terlambat untuk meningkatkan skill digitalmu demi kemajuan kariermu, bahkan jika pekerjaanmu saat ini sama sekali tidak berkaitan dengan dunia IT.
Apakah terdengar mustahil? Tentu saja tidak, karena ada Digital Skola yang bisa mempersiapkanmu jadi talenta digital yang dibutuhkan industri saat ini. Lewat berbagai program kelas di bidang teknologi dan digital, kamu bisa tingkatkan skill digitalmu agar terus relevan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi.
Kamu bahkan tidak perlu punya background di dunia IT untuk bisa mengikuti program di Digital Skola yang kamu mau. Dan dengan kurikulum berbasis industri yang fokus pada praktik, kamu bisa belajar sambil mengimplementasikan ilmumu secara langsung sambil membangun portofoliomu sendiri. Jadi, kamu akan jauh lebih siap menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya setelah menyelesaikan kelasmu nanti.
Penasaran mau tahu apa saja programnya? Klik tombol di bawah ini buat info lengkapnya, ya!