Ada banyak alasan bagi seseorang susah dapat kerja. Mulai dari jurusan kuliah yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, skill yang tidak sesuai, lokasi hingga ekspektasi gaji. Meski penyebab tingginya pengangguran tidak bisa digeneralisir dan disimplifikasi karena bersifat kompleks dan struktural, namun survei yang dilakukan oleh Jobstreet menunjukkan data yang cukup menarik.
Dalam riset tersebut, 472 responden diminta untuk mengisi berbagai pertanyaan terkait pekerjaan dan hasilnya menunjukkan alasan paling banyak seseorang belum mendapatkan pekerjaan adalah karena mengharapkan gaji yang dianggap tidak realistis. Penyebab lain yang mendominasi adalah kemampuan bahasa Inggris yang rendah, terlalu pemilih terhadap pekerjaan dan perusahaan, ketidakcakapan komunikasi dan terakhir persoalan karakter dan kepribadian yang buruk.
Baca juga: Softskill dan Hardskill Contoh di CV
Alasan Susah Dapat Kerja
Meminta Gaji yang Tidak Realistis
Dalam survei tersebut, alasan “asking for unrealistic salaries and benefits” atau ‘meminta gaji yang tidak realistis’ menjadi penyebab tertinggi seorang fresh graduates sulit mendapatkan pekerjaan. Ada banyak alasan yang menjadi acuan perusahaan dalam memberikan besaran gaji pada tiap karyawan. Berbagai alasan yang umum bisa berupa jenis pekerjaan, level senioritas/pengalaman karyawan, lokasi perusahaan, hingga level perusahaan.
Hal ini didukung oleh survei yang dilakukan oleh ManPowerGroup Study. Dalam survei ini, Generasi Z lebih tertarik pada jumlah gaji yang didapatkan dari sebuah pekerjaan dibandingkan faktor lain seperti kesempatan untuk mengembangkan skill, waktu kerja fleksibel, jenjang karier hingga kesemparan bergabung dalam tim yang hebat.
Kemampuan Bahasa Inggris yang Buruk
Kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu kualitas yang sangat menentukan karier seseorang. Di masa ketika kolaborasi lintas negara terbuka lebar, kemampuan bahasa Inggris menjadi jembatan yang dibutuhkan untuk menyeberang menuju pekerjaan dalam skala internasional. Tanpa kemampuan bahasa Inggris, karier seseorang akan terbatas pada perusahaan lokal. Tidak hanya itu, ketidakmahiran dalam berbahasa Inggris akan sekaligus menjadi penghalang bagi pekerjaan-pekerjaan lokal yang membutuhkan keahlian tersebut. Dengan demikian, penting bagi pencari kerja untuk memiliki kemampuan bahasa Inggris untuk memperluas kesempatan pekerjaan yang mungkin diperoleh.
Terlalu Pemilih Terhadap Pekerjaan dan Perusahaan
Seseorang mungkin memiliki target yang jelas bagi masa depan kariernya. Hal ini tidak bisa dibilang negatif karena bertahan untuk karier yang kita inginkan adalah keteguhan yang tidak dimiliki semua orang. Namun rupanya, sikap pemilih terhadap pekerjaan dan perusahaan yang diinginkan, tak urung menjadi salah satu sebab seseorang sulit mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya, seseorang mungkin harus memilih untuk memilih pekerjaan yang tidak sesuai keinginannya atau pekerjaan yang sesuai namun di perusahaan berbeda agar lebih cepat mendapatkan pekerjaan.
Kemampuan Komunikasi
Umumnya, salah satu proses seleksi dalam mendapatkan pekerjaan tidak hanya pada seleksi dokumen, profil dan portofolio namun juga melibatkan proses wawancara. Proses wawancara pun bisa dilakukan berlapis mulai dari wawancara dengan bagian HR (Human Resources), user, hingga level manajerial yang lebih tinggi.
Dalam proses ini, tidak hanya kemampuan teknis yang berperan, kemampuan komunikasi juga menjadi kunci. Seseorang dengan keahlian teknis yang tinggi bisa saja tidak lolos seleksi wawancara jika tidak mampu mengomunikasikan kualitasnya secara lancar dan jelas. Dengan demikian, bagi pencari kerja, memastikan diri memiliki kemampuan komunikasi akan meningkatkan kualitas sebagai kandidat.
Baca juga: Ingin Lulus Recruitment? Softskill dan Hardskill adalah Kunci
Karakter yang Buruk
Softskill yang secara mudah dipahami sebagai sifat dan karakter seorang, saat ini juga menjadi pertimbangan besar bagi perusahaan untuk memilih seorang kandidat. Tidak hanya kemampuan komunikasi, dalam proses wawancara aspek softskill yang lain juga sangat berperan dalam menentukan lolos atau tidaknya seorang kandidat. Kemampuan teknis yang tinggi jika tidak diiringi dengan softskill yang baik bisa membuat perusahaan mengurungkan minat untuk bekerja sama dengan kandidat.
Maka dari itu, jangan hanya fokus meningkatkan hardskill, sebagai seorang job seeker berkualitas, ada baiknya kamu juga mengasah softskill kamu agar menjadi seseorang dengan karakter yang cocok dengan kultur perusahaan yang kamu tuju.
Baca juga: Softskill yang Dibutuhkan dalam Dunia Kerja
Terkait dengan poin permintaan gaji yang tidak realistis serta terlalu pemilih terhadap pekerjaan dan perusahaan, kita mengenal istilah Dunning Kruger Effect (DKE) yakni kondisi bias pikiran saat seseorang merasa dirinya memiliki kemampuan tinggi dan wawasan yang luas, namun pada kenyataannya tidak demikian. Merujuk Ekrut, ada lima tanda seseorang mengalami Dunning Kruger Effect seperti memiliki rasa percaya diri berlebihan, menganggap memiliki kualitas tinggi secara berlebihan di bidang keahlian tertentu, cenderung tidak mampu mengakui kehebatan orang lain, tidak mampu mengidentifikasi dan mengenali kekurangan diri sendiri, serta memiliki kecenderungan self-claim.
Orang-orang yang memiliki DKE, cenderung menghargai diri sendiri secara berlebihan sehingga berekspektasi terlalu tinggi juga atas apa yang seharusnya dia dapatkan sebagai imbalan atas pekerjaan. Riset yang sama menunjukkan bahwa 42% responden merasa dirinya kompeten, padahal perusahaan menilai mereka sebaliknya. Maka dari itu, penting bagi seorang fresh graduates untuk dapat mengevaluasi diri secara objektif mengenai keahlian yang dimiliki, baik itu hardskill maupun softkill.
Tidak hanya mempersiapkan diri dengan hardskill yang dibutuhkan industri saat ini, pastikan kamu juga mengetahui secara realistis peluang yang bisa kamu dapatkan dengan keahlian tersebut. Bekali juga diri dengan softkill yang dibutuhkan agar kualitasmu sebagai profesional semakin kuat. Jika kamu bingung ingin belajar hardskill dan softskill, kamu bisa belajar di Bootcamp Digital Skola. Dengan sistem pembelajaran end-to-end, kamu akan dilatih menjadi talenta digital dari nol bukan hanya dari segi hardskill namun juga softskill. Tidak hanya berisi sesi-sesi ilmu praktis, kamu juga akan mendapatkan sesi career coaching & mentoring, bimbingan interview hingga HR Sharing. Cari tahu selengkapnya di link berikut.