Saat ini, product management adalah sebuah istilah yang tak lagi asing di telinga orang-orang. Akan tetapi, rupanya masih banyak juga yang belum terlalu paham apa itu product management dan seperti apa proses yang terlibat di dalamnya.
Mengingat bahwa product management telah menjadi sebuah peluang karier yang menjanjikan di era digital saat ini, tentunya akan sangat menguntungkan jika kamu punya pemahaman mendasar tentang bidang ini sedini mungkin, kan? Kalau begitu, yuk simak ulasan di bawah ini mengenai product management! Selamat membaca!
Definisi Product Management
Product management merupakan sebuah bidang yang dinamis dan beragam, yang secara signifikan memberikan dampak bagi perusahaan dan para stakeholder-nya, baik itu pemegang saham, direksi dan manajemen, karyawan, hingga pelanggan. Para product manager menggabungkan fokus pengguna, kecakapan bisnis, serta keahliannya dalam teknologi guna menciptakan keluaran produk yang kuat (sumber: Hotjar).
Apabila didefinisikan, Hotjar menjelaskan bahwa product management adalah proses pengarahan secara strategis pada setiap tahap siklus hidup produk (product lifecycle). Siklus tersebut dimulai dari riset dan pengembangan hingga pengujian dan positioning. Tujuannya adalah membangun produk yang layak secara teknis untuk memenuhi baik kebutuhan pengguna maupun tujuan bisnis.
Sementara itu, ProductPlan mendefinisikan product management sebagai praktik strategis untuk mengarahkan pengembangan, peluncuran pasar, serta dukungan dan peningkatan berkelanjutan dari produk sebuah perusahaan.
Tentu saja, masih ada banyak definisi lainnya yang membahas product management. Akan tetapi, apabila kamu rangkum seluruh definisi tersebut menunjukkan bahwa para product manager menganalisis bisnis, teknologi, dan tujuan pengguna, dan kemudian menentukan solusi produk serta memandu sebuah tim produk untuk menciptakan solusi tersebut.
Oleh karena itu, product management merupakan sebuah bidang dan peran yang tidak berdiri sendiri. Artinya, bidang ini memiliki peran lintas fungsi. Dan product management yang efektif melibatkan komunikasi lintas fungsi dengan para stakeholder perusahaan, termasuk di dalamnya adalah para eksekutif di level C (jabatan chief seperti CEO, COO, CTO, CFO, CMO, dan sebagainya), divisi pemasaran, serta divisi penjualan.
Baca juga: 6 Tips Jitu Time Management yang Lebih Efektif
Seperti Apa Proses Product Management?
Tahukah kamu, bahwa dalam perusahaan besar sekalipun sebenarnya tidak ada cara tunggal yang “benar” untuk mengelola sebuah produk? Proses product management akan terus berkembang dan beradaptasi dengan perusahaan, tahap lifecycle produk, maupun preferensi anggota tim maupun para eksekutif.
Meski begitu, sebenarnya ada benang merah yang membentuk best practice dalam bidang ini. Dan secara garis besar, proses yang terlibat di dalam product management adalah sebagai berikut.
Menentukan masalah
Proses product management dimulai dengan mengidentifikasi apa yang jadi permasalahan utama pelanggan, alias pain point. Misalnya moda transportasi harga terjangkau untuk aktivitas sehari-hari, menemukan warna lipstik yang paling pas sesuai warna bibir dan kulit, layanan pesan-antar yang efisien, atau hal-hal lain yang belum ada, dan jika ada pun masih dirasa belum memuaskan maupun solutif. Karena pada dasarnya, orang-orang menginginkan hal yang lebih baik atau sesuatu yang belum dimiliki.
Product management kemudian mengolah keluhan, keinginan, dan harapan yang abstrak menjadi sebuah pernyataan masalah (problem statement) yang membutuhkan solusi. Menyeleaikan masalah tersebut dan mengurangi pain point yang selama ini dirasakan adalah titik mula dan motivasi bagi proses yang mengikuti.
Tanpa adanya tujuan yang dijabarkan dengan jelas untuk mengatasi pain point secara langsung, nyaris mustahil bagi sebuah produk untuk bisa bertahan di pasar.
Baca juga: Transformasi Digital dan Pengaruhnya pada Dunia Kerja
Menguantifikasikan peluang
Pada tahap sebelumnya, wajar kalau seorang product manager menemukan begitu banyak masalah dan pain point, yang semuanya belum tentu layak untuk diatasi. Oleh karena itu, jika seorang product manager menggunakan perspektif pengguna di tahap sebelumnya, pada tahap ini ia akan beralih ke perspektif bisnis.
Dengan begitu, product management akan bisa menjustifikasi investasi yang dikeluarkan untuk membuat produk baru. Akan tetapi, untuk menjustifikasinya, product manager perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut serta mampu membangun sebuah case berdasarkan jawaban yang diperoleh:
Berapa total addressable market (TAM), atau ukuran maksimal dari peluang sebuah produk?
Apakah masalah atau pain point-nya cukup parah sehingga orang-orang akan mempertimbangkan solusi alternatif atas produk yang sudah ada saat ini?
Apakah pasar bersedia mengeluarkan uang untuk solusi alternatif tersebut?
Begitu product management telah mengevaluasi potensi pasarnya, baru bisa dinilai apakah memang ada peluang yang cukup signifikan.
Baca juga: 3 Kunci Utama untuk Jadi Digital Talent
Meriset solusi potensial
Dengan adanya target, product management pun bisa mencari tahu solusi seperti apa yang bisa dibuat untuk mengatasi masalah atau pain point pelanggan. Dalam proses ini, product management perlu mempertimbangkan segala solusi yang ada dan tidak mengeliminasi opsi terlalu dini.
Meski demikian, bukan berarti product manager langsung mulai menggarap requirement bersama dengan tim pengembangan produk. Seluruh solusi tersebut perlu divalidasi dengan target pasar, dan salah satu cara yang paling umum digunakan adalah dengan membuat user persona.
Bagaimana jika tahap ini dilewatkan dan tim langsung menggarap produk? Langkah tersebut bisa mengakibatkan dampak fatal ataupun delay parah. Soalnya, mendapatkan konfirmasi dari pelanggan potensial bahwa ide solusi yang dipilih adalah produk yang diinginkan, akan digunakan, dan dibeli merupakan aspek penting dari keseluruhan proses product management ini, serta untuk mencapai product-market fit.
Membuat Minimum Viable Product (MVP)
Langkah berikutnya adalah mulai bergerak bersama tim pengembangan produk untuk membuat minimum viable product (MVP). MVP merupakan produk dengan fungsionalitas paling minim, atau dengan fungsi inti yang sesuai kebutuhan pasar. Fitur-fitur tambahan yang tidak esensial bagi pengguna tidak jadi prioritas di sini, namun bisa ditambahkan pada tahap life cycle produk berikutnya.
Dengan MVP, product manager akan bisa menguji bagaimana produk berfungsi serta keseluruhan pesan dan positioning dari value proposition untuk pemasaran produk nantinya. Kuncinya adalah mencari tahu apakah calon produk baru ini adalah solusi yang diinginkan pasar dan apakah produk tersebut memenuhi requirement intinya.
Membuat feedback loop
Meskipun feedback pelanggan penting di seluruh lifecycle produk, feedback memainkan peran kritikal dalam tahap pengenalan MVP. Di sini, tim product management bisa memelajari apa yang pelanggan pikirkan, butuhkan, dan tidak sukai karena pelanggan memberikan reaksi atas pengalaman produk yang sesungguhnya.
Oleh karenanya, product management perlu memastikan bahwa pelanggan bisa memberikan feedback dengan mudah. Tak hanya itu, tim product management juga harus menetapkan metode untuk menutup feedback loop ini sehingga pelanggan tahu bahwa keluhan maupun masukan mereka telah didengar dan diatasi.
Mengatur strategi
Ketika MVP sudah diterima dengan baik, inilah saatnya untuk berinvestasi dalam strategi produk. Karena tim sekarang tahu apa yang perlu dicapai, tujuan dan sasaran harus ditetapkan guna meningkatkan produk, membawanya ke pasar, memperluas jangkauannya, dan menyelaraskan produk dengan strategi perusahaan serta outcome yang dikehendaki.
Strategi yang dibuat haruslah didasarkan pada progress menuju tujuan yang dapat tercapai (achievable). Dan untuk mengevaluasi pencapaiannya, KPI maupun metrik lainnya dibutuhkan. Ukuran-ukuran tersebut harus bisa selaras dengan sasaran perusahaan.
Mengarahkan eksekusi
Langkah berikutnya adalah mengeksekusi ide menjadi nyata. Artinya, tim product management perlu memprioritaskan item-item pengembangan yang potensial serta menyusun product roadmap. Untuk memutuskan mana aktivitas pengembangan yang akan membantu produk mencapai tujuan utama dengan lebih cepat dan efisien, product management bisa menggunakan beragam framework prioritas.
Mengapa? Karena semuanya tidak bisa dilakukan bersama-sama, sehingga prioritas perlu disusun. Umumnya, prioritas disusun berdasarkan apa item yang paling berdampak pada sasaran yang harus dicapai. Dan setelah prioritas ditetapkan, product management pun bisa membangun product roadmap. Tujuannya adalah untuk membantu para stakeholder memvisualisasikan apa yang ada di depan mata dan relevansinya terhadap strategi perusahaan.
Baca juga: Pentingnya Personality Assessment dalam Karier
Belajar Product Management bersama Digital Skola
Tentu saja penjelasan tentang product management di atas masih secuil dari keseluruhan hal yang bisa kamu pelajari. Nah, kalau kamu tertarik buat belajar product management lebih jauh dan lengkap, ada program Mini Bootcamp Product Management dari Digital Skola yang bisa jadi wadah untukmu belajar product management dari 0.
Lewat kelas ini, kamu akan dipersiapkan untuk bisa jadi calon product manager andal yang bisa merencanakan produk secara mendetail, menjalankan strategi yang tepat, membuat desain produk yang menarik, hingga proses product management yang efektif dan efisien. Di samping itu, kamu akan dibimbing mentor berpengalaman untuk mengomunikasikan produk yang kamu garap sebagai personal project di hadapan para stakeholder untuk portofoliomu juga, lho!
Cek info lengkap kelasnya lewat tombol di bawah ini, ya!