User Centered Design: Kunci Sukses Produk UX Design

digitalskola

digitalskola

27 Oktober 2021

user centered design
Photo by Tranmautritam from Pexels

Ketika kamu mulai mendesain produk teknologi dan digital terbaru, sangat penting untuk memahami user dan cara menggunakannya. Tanpa pemahaman ini, tidak ada peluang menciptakan produk yang disukai oleh mayoritas pengguna. Sebagai seorang UX Designer, sangat penting untuk memahami kebutuhan dan ekspektasi yang ingin dicapai oleh user ketika menggunakan suatu aplikasi. User centered design telah menjadi sebuah prinsip esensial dalam menemukan pemahaman dan solusi sebagai latar belakang pembuatan produk UX design. Penerapan konsep ini dapat menghasilkan produk dan layanan yang mampu memberikan manfaat bagi user di seluruh dunia.

Perusahaan yang menerapkan user centered design dalam design process sudah pasti fokus pada user beserta harapan-harapannya. Salah satu prinsip dasar yang dipakai adalah mengumpulkan data kemudian memasukkan informasi dan wawasan baru ke dalam product design. Melalui prinsip ini, kamu juga dapat belajar memahami orang yang ingin dijangkau, menerka sudut pandang mereka, dan berakhir menyediakan jawaban atas situasi para user.

Oleh karena itu, metode desain produk berbasis user centered design penting dikuasai dan diterapkan UX Designer. Hal ini dikarenakan dampaknya sangat besar bagi kemajuan perusahaan. Forester Research mengungkapkan bahwa UX design yang dirancang dengan baik mampu meningkatkan konversi hingga 400%. Kenali lebih dalam seputar user centered design, prinsip, dan metode-metode kerjanya melalui penjelasan di bawah ini.

Pengertian User Centered Design

User centered design adalah suatu design process berulang yang mendorong designer untuk fokus pada user serta kebutuhan mereka di setiap fase product design and development. Proses keterlibatan user ini membutuhkan banyak riset dan desain teknis untuk menciptakan produk yang bermanfaat sekaligus mudah diakses kapan saja. Proses user centered design mampu menguraikan fase-fase di seluruh siklus dan pengembangan sembari mendapatkan pemahaman user sebagai pengguna produk.

Dalam prinsip ini, designer akan menggunakan kombinasi antara metode dan sarana pengumpulan informasi, seperti survei, wawancara, serta brainstorming. User centered design bekerja meningkatkan user experience. Seorang UX Designer punya tugas untuk mendalami preferensi user melalui tujuan, fitur produk, hingga user flows. Setiap titik kontak di dalam produk yang kamu ciptakan harus dianalisis, dirancang, dan dikembangkan dengan baik.

Proyek yang sedang kamu kembangkan akan mempunyai dasar pemahaman eksplisit mengenai user, tasks, dan environment. Tujuannya adalah menangani serta menangkap seluruh pengalaman dari user. Oleh karena itu, UX Designer juga perlu melibatkan para profesional dari berbagai bidang ilmu, stakeholders, dan user itu sendiri. Dua poin penting yang harus kamu pahami adalah kepentingan untuk menjangkau user dalam proses evaluasi dan memastikan long-term monitoring terhadap hubungan user dengan produk tersebut.

BACA JUGA: Mengenal Empathy Map dalam UX Design Thinking

Prinsip User Centered Design

User centered design menggunakan beberapa dasar prinsip yang dapat diterapkan selama product design process, antara lain:

  • User terlibat dalam design process sejak awal. Keputusan desain yang cenderung kritis akan melewati proses evaluasi berdasarkan cara kerjanya bagi end user
  • Pentingnya mengklarifikasi kebutuhan. Tim produk selalu berupaya menyelaraskan kebutuhan bisnis dengan user
  • Mengenalkan user feedback loop di dalam product life cycle. Tim produk mengumpulkan sekaligus menganalisis feedback dari user secara teratur. Informasi ini bermanfaat bagi pengambilan keputusan lebih lanjut
  • Iterative design process. Tim produk juga berusaha meningkatkan kualitas user experience. Perubahan secara bertahap mampu memberikan banyak pemahaman mengenai  masing-masing target audience

User Centered Design sebagai Iterative Process

Desain terhadap produk atau layanan berlangsung secara iteratif atau berulang. Setiap pendekatan iteratif meliputi empat fase yang berbeda, antara lain:

  • Memahami konteks. UX Designer yang bekerja dalam tim akan memahami konteks penggunaan sistem bagi user
  • Mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan user sebagai dasar solusi atau pemecahan masalah
  • Menerapkan, mempraktikkan, dan mengembangkan design solution menjadi layanan atau produk perusahaan
  • Masuk ke tahapan evaluasi. Kamu akan melaksanakan penilaian hasil evaluasi terhadap konteks serta persyaratan user

Teknik-Teknik Penting dalam Proses User Centered Design

Research

Penyusunan persona

Persona adalah pola pengguna yang bersifat nyata dan menggambarkan kondisi sebenarnya. Selain itu, persona merupakan representasi dari sekelompok orang tertentu dengan perilaku, kebutuhan, tujuan, keterampilan, sampai sikap yang serupa. Persona memungkinkan untuk memberikan nyawa pada pencarian informasi mengenai user, terutama dalam memahami masalah mereka dengan baik. Pemahaman ini memberikan kesempatan bagi designer untuk membuat keputusan tepat mengenai interaksi, navigasi, fitur, visual design, dan lain-lain. Dalam menciptakan persona paling tepat, pemahaman harus terjadi dengan jelas supaya dapat tercipta penyesuaian solusi sesuai kebutuhan user.

Tentukan konteks dan skenario interaksi pemakaian produk

Ketika tim produk sudah memiliki jawaban yang jelas mengenai pertanyaan, “Siapa yang menggunakan produk ini?”, maka pertanyaan berikutnya adalah “Bagaimana user bisa menggunakannya?” Penentuan skenario bertujuan menetapkan alasan user mengalami ketertarikan dengan produk kamu kemudian ingin tahu cara menggunakan produk tersebut. Penting untuk memahami bahwa setiap orang memakai produk dalam mencapai tujuan tertentu. Mereka melihat produk sebagai solusi atas suatu masalah.

Ketika kamu bekerja untuk mencari tahu soal konteks penggunaan produk, selalu mulai dari masalah yang dihadapi user. Rumusan masalah berpeluang menyediakan berbagai model kasus yang bisa diterapkan dan diadaptasi oleh produk. Saat menuliskan skenario interaksi, perhatikan hal-hal di bawah ini:

  • User environment. Cari tahu lokasi paling mungkin dari terjadinya interaksi. Apakah di tempat yang cenderung tenang atau malah sebaliknya? 
  • Media. Aspek ini berkaitan dengan perangkat yang menjadi perantara antara user dengan produk. Apakah di komputer yang punya layar besar atau telepon genggam dengan layar lebih kecil?
  • Suasana hati. Kamu harus pandai memperkirakan emosi seseorang dan perasaan user terhadap user flows yang mewarnai perjalanan produk tersebut

Concept ideation

User journey mapping

Pembuatan solusi paling tepat dapat didasarkan pada interaksi user terhadap produk atau layanan secara holistik. Tentu kamu menginginkan ekosistem produk yang sesuai dengan fakta di lapangan. Setelah memahami solusi dengan baik, kamu dapat memulai memvisualisasikan perjalanan pada produk. Kamu dapat menggunakan berbagai teknik pendukung untuk mewujudkannya, seperti storyboard dan journey map. Seorang UX Designer cocok menggunakan journey map karena mampu memberikan visualisasi interaksi secara maksimal dan memungkinkan penglihatan produk berdasarkan sudut pandang user. Sedangkan, storyboard menggunakan cerita untuk membuat reaksi yang lebih realistis dan memberikan gambaran mengenai keadaan emosional dari para user.

BACA JUGA: Mengenal 5 Design Thinking Process dalam UI/UX

Membuat information architecture

Information architecture adalah seni atau ilmu pengorganisasian informasi di dalam produk. IA harus dikerjakan sebelum kamu berpindah ke tahapan desain. Hal ini dikarenakan IA punya pengaruh terhadap cara kamu dalam mendesain produk atau layanan tertentu. Ketika mengerjakan IA, kamu dapat menggunakan tree testing technique. Metode ini merupakan cara untuk memeriksa struktur produk yang kamu bangun. Buat sejumlah pertanyaan yang harus dijawab dalam konteks navigation structure.

Validation

Observasi interaksi user terhadap produk

Observasi atau pengamatan adalah teknik terampuh untuk mendapatkan data kualitatif mengenai user. Kamu dapat memperoleh banyak wawasan tentang fitur-fitur maupun aspek user flows yang bekerja baik bagi mereka. Ada dua teknik untuk melakukan validasi terhadap keputusan desain, yaitu usability testing dan contextual inquiries. Usability testing membantu memahami masalah yang dihadapi user selama berinteraksi dengan produk atau layanan. Sedangkan, contextual inquiries adalah teknik yang melibatkan observasi serta wawancara terhadap user.

User centered design menjadi prinsip dan metode development yang krusial dalam pembangunan produk layanan perusahaan. Setiap proses yang terjadi berperan penting dalam menghadirkan user experience paling optimal yang memberikan kenyamanan sekaligus solusi bagi masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk menguasai keterampilan user centered design sebagai UX Designer kredibel dan andal.

Ingin mempraktikkan user centered design secara langsung melalui bimbingan para ahli di bidangnya? Belajar sekarang di Mini Bootcamp UI/UX Designer dan jadilah profesional siap kerja hanya dalam 3 bulan.

Artikel Rekomendasi